Selasa, 29 Januari 2013

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA DENGAN KEPEMIMPINAN PELAYAN DAN MELAYANI

Pola pikir birokrasi pemerintahan Indonesia yang semakin mengacu ke KKN dan mempersulit rakyat yang tercermin dengan kalimat “kalau masih bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah?” dan jauh dari memenuhi kewajibannya untuk mengabdikan dirinya untuk rakyat memerlukan kepemimpinan yang berkaualitas dan peduli rakyat. Kepemimpinan sejati mengarah pada perubahan yang mengantar masyarakat pada transformasi sosial. Pimpinan harus lebih banyak mengalokasikan waktu untuk mengadakan perubahan, meningkatkan kualitas pelayanan.
Kata “pelayan” dan “pemimpin” sering dianggap sesuatu yang berlawanan bila digabungkan, maka lahir konsep kepemimpinan pelayan. Model kepemimpinan pelayan yaitu memprioritaskan pelayanan kepada pihak lain, baik kepada pegawai, pelanggan, maupun kepada masyarakat sebagai prioritas utama, konsep ini diperkenalkan olehRobert K. Greenleaf tahun 1970. Greenleaf, dalam buku Servant Leadershipmengutarakan bahwa kepemimpinan pelayan: kepemimpinan berawal dari perasaan tulus yang timbul dari hati, berkehendak melayani, yaitu menjadi pihak pertama yang melayani. Pilihan berasal dari hati yang kemudian menghadirkan hasrat menjadi pemimpin. Karakteristik utama yang membedakan kepemimpinan pelayan dengan kepamimpinan lain adalah keinginan untuk melayani hadir sebelum adanya keinginan untuk memimpin. Mereka yang memiliki kualitas kepemimpinan akan menjadi pemimpin, sebab itu cara yang paling efektif untuk melayani (Spears, 1995). Konsekuensinya kemudian ia akan dipilih pengikut dan diminta untuk memimpin.
Kepemimpinan pelayan menggunakan pendekatan mendasar dan bersifat jangka panjang, yang pada akhirnya memberi perubahan menyeluruh pada kehidupan personal dan profesional pegawai. Pemimpin pelayan akan mengembangkan individu disekitarnya, membantu individu berhasil dalam kehidupan dan pekerjaan. Kepemimpinan pelayan lebih menekankan pentingnya menghargai manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sehingga pemimpin menganggap pemberdayaan dan pengembangan pengikut adalah amanah yang harus dipenuhi. Pemimpin pelayan adalah seorang yang fokus pada pengikutnya dalam organisasi, pemimpin memperlakukan orang lain sebagai mitra kerja. Pemimpin akan menempatkan kebutuhan pengikut sebagai prioritas utama dan memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja.
Model kepemimpinan ini berasumsi bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai dalam basis pengembangan jangka panjang, yaitu memfasilitasi pertumbuhan, pengembangan, dan kesejahteraan anggota organisasi. Anggapan bahwa keuntungan hanya akan diperoleh jika organisasi memiliki pelayanan prima. Untuk itu melaksanakan pelayanan prima maka pegawai harus merasa bangga, senang, dan komit untuk bekerja di organisasi.
Karakteristik pemimpin pelayan diantaranya;
  1. Mendengarkan.  Pemimpin pelayan harus memperkuat keahlian yang penting ini dengan menunjukkan komitmen yang mendalam dalam mendengarkan secara intensif ide-ide atau kata-kata orang lain. Pemimpin pelayan berusaha mengenali dan memahami dengan jelas kehendak kelompok. Mereka berusaha mendengarkan secara tanggap apa yang dikatakan (dan tidak dikatakan).
  2. Menerima orang lain dan Empati. Pemimpin pelayan berusaha keras memahami dan memberikan empati kepada orang lain. Orang perlu diterima dan diakui sebagai suatu individu yang istimewa dan unik. Pemimpin pelayan yang paling sukses adalah mereka yang mampu menjadi seorang pendengar yang penuh dengan empati.
  3. Kemampuan meramalkan. Kemampuan untuk memperhitungkan kondisi yang sudah terjadi atau meramalkan kemungkinan hasil suatu situasi sulit didefinisikan. Kemampuan meramalkan adalah cirri khas yang memungkinkan pemimpin pelayan bisa memahami pelajaran dari masa lalu, realita masa sekarang dan kemungkinan konsekuensi sebuah keputusan untuk masa depan.
  4. Kesadaran akan diri sendiri dan keberadaan orang lain. Kesadaran juga membantu dalam memahami persoalan yang melibatkan etika dan nilai-nilai. Hal ini memungkinkan orang dapat memandang sebagian besar situasi dari posisi yang lebih terintegrasi.
  5. Membangun kekuatan Persuasif. Ciri khas kepemimpinan pelayan lainnya adalah mengandalkan kemampuan meyakinkan orang lain, bukannya wewenang karena kedudukan, dalam membuat keputusan di dalam organisasi. Pemimpin pelayan berusaha meyakinkan orang lain, bukannya memaksakan kepatuhan.
  6. Konseptualisasi, meningkatkan kemampuan diri untuk melihat masalah dari perspektif yang melampaui realitas masa lalu dan saat ini.
  7. Kemampuan melayani, terutama komitmen kebutuhan orang lain.
  8. Komitmen pada pertumbuhan individu, Pemimpin pelayan berkeyakinan bahwa manusia mempunyai nilai intrinsik yang melampaui sumbangan nyata yang telah mereka berikan selama ini. Dalam sifatnya yang seperti ini, pemimpin pelayan sangat berkomitmen terhadap pertumbuhan pribadi, profesional dan spiritual setiap individu di dalam organisasi.
  9. Kemampuan Menyembuhkan, Banyak orang yang patah semangat dan menderita karena berbagai masalah emosional. Walaupun hal tersebut merupakan sesuatu yang alami dalam kehidupan manusia, akan tetapi  seorang pemimpin pelayan harus mampu dan mempunyai kesempatan menggerakkan hati dan memberi semangat kepada orang-orang yang berhubungan dengan mereka.
  10. Membangun komunitas/masyarakat di tempat kerja. Membangun komunitas ini mencakup membangun komunitas yang baik antar karyawan, antar pimpinan dan bawahan dan membangun komunitas masyarakat dan pelanggan. Lingkungan kerja yang kondusif secara internal dan eksternal diharapkan akan meningkatkan performansi organisasi secara maksimal. Kemampuan pemimpin pelayan dalam menciptakan suasana rasa saling percaya akan membentuk kerjasama yang cerdas dalam suatu tim kerja. Dengan ketulusan dan keteladan yang dimiliki oleh pemimpin pelayan, rasa saling percaya dapat ditumbuhkan.
Kepemimpinan yang melayani memiliki kelebihan karena hubungan antara pemimpin(leader) dengan pengikut (followers) berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin-pelayan mempunyai tanggung jawab untuk melayani kepentingan pengikut agar mereka menjadi lebih sejahtera, sebaliknya para pengikut memiliki komitmen penuh dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan pemimpin. Kepemimpinan yang melayani dapat diterapkan pada semua bidang profesi,  organisasi, lembaga, perusahaan (bisnis) dan pemerintahan karena kepelayanan bersifat universal.
Sebagian besar pemimipin yang memimpin di negara ini adalah pemimpin bukan dengan didasari hati nurani untuk memimpin, namun pemimipin yang hanya ingin menduduki jabatan mendapatkan kekuasaan dengan tujuan-tujuan tertentu tanpa ada niat untuk memperbaiki kebobrokan sistem birokrasi saat ini, mereka lebih mementingkan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Hal inilah yang harusnya menjadi kajian kita mengenai pemimpin yang harusnya duduk di kursi jabatan pemerintahan yang seharusnya memprioritaskan pelayanan pada pegawai, pelanggan dan masyarakat. Dengan kebutuhan pelayanan yang terpenuhi itu maka pegawai akan memberi timbal balik berupa kerja maksimal, dan kesadaran ini tumbuh berkelanjutan, sehingga organisasi dapat tumbuh sehat dan pelayanan prima kepada masyarakat dapat terwujud.